Gambar : Daerah yang Sudah Mendapatkan Pendidikan Masyarakat dan Kesiapsiagaan Menghadapi Tsunami
Hal yang tidak kalah penting artinya adalah pendidikan dan
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bahaya tsunami sebagai salah
satu komponen dari tiga komponen integral Ina TEWS.
Peringatan
dini tsunami yang diterima oleh institusi perantara seperti Pemda serta
institusi terkait lainnya harus sampai ke masyarakat kemudian
masyarakat dapat menindak lanjuti warning tersebut dengan upaya
evakuasi. Untuk itu diperlukan upaya pendidikan dan kesiapsiagaan
masyarakat yang tinggal di daerah rawan tsunami. Institusi yang terlibat
dalam rangka pendidikan masyarakat di daerah rawan tsunami baik dari
dalam negeri maupun internasional antara lain: Ristek, LIPI, BMKG,
Universitas, PMI, Pemda, LSM, Unesco, GTZ dan lain-lain. Semua institusi
tersebut telah berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan pendidikan
dan kesiapsiagaan masyarakat berupa sosialisasi, workshop, simulasi
Tsunami, simulasi table top dan lain-lain yang bekerja sama dengan
berbagai pihak terutama Pemda setempat.
Pada tahun 2011 BMKG
bekerjasama dengan LIPI, BNPB dan TNI-AL mengadakan training of trainer
(ToT) untuk kegiatan evakuasi mandiri nantinya. Kemudian hasil ToT ini
diimplementasikan dalam kegiatan Evakuasi Mandiri Bagi Masyarakat Pantai
Terhadap Bahaya Tsunami yang diselenggarakan di Buleleng, Bali 8 - 10
Desember 2011.
Diharapkan setelah dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut di atas,
Pemda dan masyarakat mempunyai kesiapsiagaan dalam menghadapi Tsunami.
Untuk mendukung keberhasilan dalam upaya pendidikan dan kesiapsiagaan
masyarakat mengenai bahaya tsunami maka diharapkan Pemda dan masyarakat
berpartisipasi aktif dalam hal sebagai berikut: ikut mengamankan
peralatan deteksi bencana yang ada di wilayahnya, menyiapkan peta resiko
tsunami beserta skenario penyelamatan, menyiapkan tempat evakuasi
beserta peta pencapaiannya, memasang rambu-rambu petunjuk / arah
evakuasi, membangun pusat krisis / pusat komando, melakukan
latihan-latihan evakuasi tsunami (tsunami-drill) secara berkala,
membangun sirine, membangun atau menentukan gedung penyelamat (escape
building/tsunami shelter), memasukkan pertimbangan kebencanaan dalam
penyusunan tata-ruang dan memasukkan pendidikan kebencanaan dalam muatan
lokal kurikulum sekolah.
Salah satu implementasi untuk menguji
kesiapan Ina TEWS adalah dengan melakukan tsunami drill setiap tanggal
26 Desember. Tsunami drill pertama dilakukan di Padang tanggal 26
Desember 2005, di Bali 26 Desember 2006, di Banten 26 Desember 2007, di
Bantul Yogyakarta pada tanggal 24 Desember 2008 dan pada tanggal 26
Desember 2008 dilakukan di Gorontalo dan Manado. Tsunami drill berjalan
dengan baik dan mendapat sambutan positif dari Pemda serta masyarakat.
Pada tanggal 14 September 2009 diadakan tsunami drill yang berskala
regional. Dimana Indonesia berperan sebagai Regional Tsunami Watch
Provider yang memberikan warning kepada negara-negara di kawasan
Samudera Hindia.
Tahapan – tahapan peningkatan kewaspadan dan kesiapsiagaan masyarakat disusun oleh tim LIPI menjadi 8 tahap, meliputi:1. Pelatihan para pejabat / petugas di lingkungan Pemerintah Daerah.
2. Pelatihan kepada wakil masyarakat
3. Penyiapan modul untuk pendidikan publik
4. Penyiapan peta dan jalur evakuasi
5. Penyiapan dan pemasangan rambu – rambu evakuasi tsunami
6. Simulasi sistem peringatan dini tsunami dan proses evakuasi (Tsunami Drill)
7. Sosialisasi publik melalui media elektronik dan cetak
8. Latihan – latihan untuk anak-anak sekolah.
2. Pelatihan kepada wakil masyarakat
3. Penyiapan modul untuk pendidikan publik
4. Penyiapan peta dan jalur evakuasi
5. Penyiapan dan pemasangan rambu – rambu evakuasi tsunami
6. Simulasi sistem peringatan dini tsunami dan proses evakuasi (Tsunami Drill)
7. Sosialisasi publik melalui media elektronik dan cetak
8. Latihan – latihan untuk anak-anak sekolah.
0 komentar:
Posting Komentar