Bahaya bagi masyarakat yg tidak siaga bencana; korban jiwa, gangguan psikologis, kehilangan harta

PENINGKATAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN

Selasa, 26 Februari 2013

Gambar : Daerah yang Sudah Mendapatkan Pendidikan Masyarakat dan Kesiapsiagaan Menghadapi Tsunami 

Hal yang tidak kalah penting artinya adalah pendidikan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bahaya tsunami sebagai salah satu komponen dari tiga komponen integral Ina TEWS.

Peringatan dini tsunami yang diterima oleh institusi perantara seperti Pemda serta institusi terkait lainnya harus sampai ke masyarakat kemudian masyarakat dapat menindak lanjuti warning tersebut dengan upaya evakuasi. Untuk itu diperlukan upaya pendidikan dan kesiapsiagaan masyarakat yang tinggal di daerah rawan tsunami. Institusi yang terlibat dalam rangka pendidikan masyarakat di daerah rawan tsunami baik dari dalam negeri maupun internasional antara lain: Ristek, LIPI, BMKG, Universitas, PMI, Pemda, LSM, Unesco, GTZ dan lain-lain. Semua institusi tersebut telah berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan pendidikan dan kesiapsiagaan masyarakat berupa sosialisasi, workshop, simulasi Tsunami, simulasi table top dan lain-lain yang bekerja sama dengan berbagai pihak terutama Pemda setempat.

Pada tahun 2011 BMKG bekerjasama dengan LIPI, BNPB dan TNI-AL mengadakan training of trainer (ToT) untuk kegiatan evakuasi mandiri nantinya. Kemudian hasil ToT ini diimplementasikan dalam kegiatan Evakuasi Mandiri Bagi Masyarakat Pantai Terhadap Bahaya Tsunami yang diselenggarakan di Buleleng, Bali 8 - 10 Desember 2011.
 
Diharapkan setelah dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut di atas, Pemda dan masyarakat mempunyai kesiapsiagaan dalam menghadapi Tsunami. Untuk mendukung keberhasilan dalam upaya pendidikan dan kesiapsiagaan masyarakat mengenai bahaya tsunami maka diharapkan Pemda dan masyarakat berpartisipasi aktif dalam hal sebagai berikut: ikut mengamankan peralatan deteksi bencana yang ada di wilayahnya, menyiapkan peta resiko tsunami beserta skenario penyelamatan, menyiapkan tempat evakuasi beserta peta pencapaiannya, memasang rambu-rambu petunjuk / arah evakuasi, membangun pusat krisis / pusat komando, melakukan latihan-latihan evakuasi tsunami (tsunami-drill) secara berkala, membangun sirine, membangun atau menentukan gedung penyelamat (escape building/tsunami shelter), memasukkan pertimbangan kebencanaan dalam penyusunan tata-ruang dan memasukkan pendidikan kebencanaan dalam muatan lokal kurikulum sekolah.
 
Salah satu implementasi untuk menguji kesiapan Ina TEWS adalah dengan melakukan tsunami drill setiap tanggal 26 Desember. Tsunami drill pertama dilakukan di Padang tanggal 26 Desember 2005, di Bali 26 Desember 2006, di Banten 26 Desember 2007, di Bantul Yogyakarta pada tanggal 24 Desember 2008 dan pada tanggal 26 Desember 2008 dilakukan di Gorontalo dan Manado. Tsunami drill berjalan dengan baik dan mendapat sambutan positif dari Pemda serta masyarakat. Pada tanggal 14 September 2009 diadakan tsunami drill yang berskala regional. Dimana Indonesia berperan sebagai Regional Tsunami Watch Provider yang memberikan warning kepada negara-negara di kawasan Samudera Hindia.
 
Tahapan – tahapan peningkatan kewaspadan dan kesiapsiagaan masyarakat disusun oleh tim LIPI menjadi 8 tahap, meliputi:1. Pelatihan para pejabat / petugas di lingkungan Pemerintah Daerah.
2. Pelatihan kepada wakil masyarakat
3. Penyiapan modul untuk pendidikan publik
4. Penyiapan peta dan jalur evakuasi
5. Penyiapan dan pemasangan rambu – rambu evakuasi tsunami
6. Simulasi sistem peringatan dini tsunami dan proses evakuasi (Tsunami Drill)
7. Sosialisasi publik melalui media elektronik dan cetak
8. Latihan – latihan untuk anak-anak sekolah.

 

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 

LET'S SING TOGETHER

LET'S SING TOGETHER
-Pendidikan Publik dan Kesiapsiagaan Masyarakat-

ChatBox

Recommend on Google

WEST INDONESIAN TIME