Bahaya bagi masyarakat yg tidak siaga bencana; korban jiwa, gangguan psikologis, kehilangan harta

LIPI INGATKAN SUMBAR RENTAN AMBLES JIKA ADA GEMPA

Rabu, 27 Februari 2013

Jakarta ( Berita ) :  Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengingatkan kembali bahwa pesisir barat Sumatera merupakan lokasi yang rawan gempa bumi sekaligus rentan ambles.
“Hasil penelitian tim Geologi LIPI pada 2007 memperlihatkan kondisi bawah tanah Kota Padang tersusun atas lapisan pasir gembur hingga pasir padat yang berarti cukup berpotensi likuifaksi (ambles-red),” kata Peneliti Puslit Geoteknologi LIPI Dr Adrin Tohari dalam siaran pers lipi di Jakarta, Jumat [23/05].

Kondisi tanah seperti itu digambarkan dengan kepadatan lapisan pasir yang meningkat menurut kedalaman dan permukaan air tanah yang cenderung dangkal, ujarnya.
Soal kerentanan lokasi ini, ia mengatakan, sedang kembali dilakukan pengkajian lebih dalam oleh LIPI pada 21 Mei hingga 1 Juni  2008, sehingga di masa depan resiko likuifaksi bisa lebih diketahui dan diantisipasi.

Pada kajian lebih lanjut Tim Geologi LIPI akan meneliti lokasi dengan melakukan pengujian kepadatan lapisan tanah di 30 titik. Selain itu tim akan melakukan pengeboran  sedalam 30 meter di tiga titik yang tersebar di kota Padang.

Ini untuk menyempurnakan peta kerawanan amblesan tanah akibat gempa di kota Padang, tambahnya.
“Berdasarkan analisis potensi likuifaksi dengan mempertimbangkan gempa sebesar 490 cm per detik2 di permukaan tanahnya, wilayah tersebut akan mengalami penurunan yang cenderung semakin besar ke arah utara hingga mencapai 25cm,” katanya.
Penurunan lapisan tanah ini akan mengancam infrastruktur  penting seperti bandara internasional Minangkabau, Padang tambahnya.

Adrin menyebut ada tiga cara menghindari bahaya likuifaksi, yakni menghindari daerah rentan, menggunakan struktur bangunan yang lentur dan dengan memperbaiki kualitas tanah melalui pemasangan sistem pengairan vertikal, pemadatan lapisan tanah dan injeksi semen ke dalam lapisan tanah.

Selain tim geologi, tim Community Preparedness LIPI juga berangkat pada 23 Mei hingga 31 Mei ke Bengkulu.
Program ini merupakan salah satu langkah LIPI dalam mensosialisasikan Tsunami Drill di daerah-daerah rawan bencana gempa dan tsunami, yang dilaksanakan selain di Bengkulu juga di  Aceh dan Gorontalo.
“Ini untuk mempersiapkan masyarakat yakni dengan pelatihan kepada siswa, guru, aparat dan masyarakat lainnya,” kata  Koordinator  Pendidikan Publik dan Kesiapsiagaan Masyarakat Compress LIPI Dr Haryadi Permana.Hingga saat ini Bengkulu dan Sumbar masih sering digoyang gempa. 
 

READ MORE - LIPI INGATKAN SUMBAR RENTAN AMBLES JIKA ADA GEMPA

PENDIDIKAN PUBLIK UNTUK KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT

Selasa, 26 Februari 2013

Gambar : Kondisi bangunan pasca bencana gempa bumi

Penanggulangan bencana di Indonesia memerlukan interaksi multi disiplin. Salah satu cara mengatasinya adalah melalui pendidikan publik.
 
Pendidikan publik tersebut merupakan jembatan atau sebagai penerjemah komunikasi sains dalam mengatasi keterbatasan penanggulangan kebencanaan yang terjadi.
 
“Komunikasi sains dianggap mampu menjembatani isu serta sinergi antara kalangan akademisi dan pengguna (users), termasuk untuk kebencanaan,” kata Irina Rafliana anggota Tim Community Preparednes – COMPRESS LIPI saat berbicara di Pelatihan Nasional Pendidikan Publik “Sciences in Disaster Risk Reduction – 5 Days Camp” di Kampus Geologi Lapangan Karangsambung Kebumen LIPI di Karang Sambung, Kebumen yang berlangsung 26 – 30 Maret 2012.
 
Terkait itu Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah mengembangkan kapasitasnya dalam kajian terkait bencana geologis di wilayah pesisir, serta bentuk-bentuk pendidikan publik dan kesiapsiagaan masyarakat.
 
Menurut Irina Rafliana ada beberapa permasalahan umum yang berhasil diidentifikasi terkait dengan peran lembaga akademis dengan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Pertama, Irina menyebutkan, adalah masih sangat terbatasnya bentuk-bentuk penguatan kapasitas yang diselenggarakan bagi kalangan akademis untuk meningkatkan perannya dalam rangka membangun kesiapsiagaan masyarakat secara sistematik, terpadu dan berkelanjutan/membudaya.
 
“Kegiatan lembaga akademis terkait bencana masih terbatas kajian dan pelibatan mahasiswa dalam format-format Kuliah Kerja Nyata. Lembaga akademis belum diposisikan sebagai ‘think tank’ daerah dalam mengembangkan strategi dan program terkait penanggulangan bencana,” jelasnya.
 
Menurutnya, permasalahan lainnya adalah masih minimnya jumlah SDM dengan kompetensi dan pengalaman di bidang pendidikan publik dan kesiapsiagaan masyarakat yang mampu melakukan fungsi transliterasi sains ke dalam bentuk, metode-metode dan pendekatan pendidikan publik serta pendekatan kebijakan nasional dan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut LIPI menyelenggarakan.
 

READ MORE - PENDIDIKAN PUBLIK UNTUK KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT

PENINGKATAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN

Gambar : Daerah yang Sudah Mendapatkan Pendidikan Masyarakat dan Kesiapsiagaan Menghadapi Tsunami 

Hal yang tidak kalah penting artinya adalah pendidikan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bahaya tsunami sebagai salah satu komponen dari tiga komponen integral Ina TEWS.

Peringatan dini tsunami yang diterima oleh institusi perantara seperti Pemda serta institusi terkait lainnya harus sampai ke masyarakat kemudian masyarakat dapat menindak lanjuti warning tersebut dengan upaya evakuasi. Untuk itu diperlukan upaya pendidikan dan kesiapsiagaan masyarakat yang tinggal di daerah rawan tsunami. Institusi yang terlibat dalam rangka pendidikan masyarakat di daerah rawan tsunami baik dari dalam negeri maupun internasional antara lain: Ristek, LIPI, BMKG, Universitas, PMI, Pemda, LSM, Unesco, GTZ dan lain-lain. Semua institusi tersebut telah berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan pendidikan dan kesiapsiagaan masyarakat berupa sosialisasi, workshop, simulasi Tsunami, simulasi table top dan lain-lain yang bekerja sama dengan berbagai pihak terutama Pemda setempat.

Pada tahun 2011 BMKG bekerjasama dengan LIPI, BNPB dan TNI-AL mengadakan training of trainer (ToT) untuk kegiatan evakuasi mandiri nantinya. Kemudian hasil ToT ini diimplementasikan dalam kegiatan Evakuasi Mandiri Bagi Masyarakat Pantai Terhadap Bahaya Tsunami yang diselenggarakan di Buleleng, Bali 8 - 10 Desember 2011.
 
Diharapkan setelah dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut di atas, Pemda dan masyarakat mempunyai kesiapsiagaan dalam menghadapi Tsunami. Untuk mendukung keberhasilan dalam upaya pendidikan dan kesiapsiagaan masyarakat mengenai bahaya tsunami maka diharapkan Pemda dan masyarakat berpartisipasi aktif dalam hal sebagai berikut: ikut mengamankan peralatan deteksi bencana yang ada di wilayahnya, menyiapkan peta resiko tsunami beserta skenario penyelamatan, menyiapkan tempat evakuasi beserta peta pencapaiannya, memasang rambu-rambu petunjuk / arah evakuasi, membangun pusat krisis / pusat komando, melakukan latihan-latihan evakuasi tsunami (tsunami-drill) secara berkala, membangun sirine, membangun atau menentukan gedung penyelamat (escape building/tsunami shelter), memasukkan pertimbangan kebencanaan dalam penyusunan tata-ruang dan memasukkan pendidikan kebencanaan dalam muatan lokal kurikulum sekolah.
 
Salah satu implementasi untuk menguji kesiapan Ina TEWS adalah dengan melakukan tsunami drill setiap tanggal 26 Desember. Tsunami drill pertama dilakukan di Padang tanggal 26 Desember 2005, di Bali 26 Desember 2006, di Banten 26 Desember 2007, di Bantul Yogyakarta pada tanggal 24 Desember 2008 dan pada tanggal 26 Desember 2008 dilakukan di Gorontalo dan Manado. Tsunami drill berjalan dengan baik dan mendapat sambutan positif dari Pemda serta masyarakat. Pada tanggal 14 September 2009 diadakan tsunami drill yang berskala regional. Dimana Indonesia berperan sebagai Regional Tsunami Watch Provider yang memberikan warning kepada negara-negara di kawasan Samudera Hindia.
 
Tahapan – tahapan peningkatan kewaspadan dan kesiapsiagaan masyarakat disusun oleh tim LIPI menjadi 8 tahap, meliputi:1. Pelatihan para pejabat / petugas di lingkungan Pemerintah Daerah.
2. Pelatihan kepada wakil masyarakat
3. Penyiapan modul untuk pendidikan publik
4. Penyiapan peta dan jalur evakuasi
5. Penyiapan dan pemasangan rambu – rambu evakuasi tsunami
6. Simulasi sistem peringatan dini tsunami dan proses evakuasi (Tsunami Drill)
7. Sosialisasi publik melalui media elektronik dan cetak
8. Latihan – latihan untuk anak-anak sekolah.

 
READ MORE - PENINGKATAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN

 
 
 

LET'S SING TOGETHER

LET'S SING TOGETHER
-Pendidikan Publik dan Kesiapsiagaan Masyarakat-

ChatBox

Recommend on Google

WEST INDONESIAN TIME